Rabu, 08 Februari 2012

ikut lomba atau menerbitkan buku sendiri?

Sebenarnya gue sadar kalau punya bakat nulis sejak SD, dan pernah diikutkan lomba menulis juga ama bu guru. Hahaha... Inget banget deh, waktu itu gue dapet uang saku dua ribu perak yang cuma bisa buat beli es ama pecel. Tapi dulu gue nggak gitu - gitu banget tertarik ama nulis, jadi gue kalah lomba. Dan ketertarikan gue untuk nulis, malah datangnya baru - baru ini. Kisaran 3 bulanan yang lalu deh. Gue akhirnya rajin ikutan lomba meskipun lomba yang gue ikuti tergolong lomba yang patut dipertanyakan kebenarannya.

Gue ucapin terimakasih deh ama yang udah berhasil nipu gue diacara yang katanya lomba berhadiah uang sekian ratus atau bahkan sekian juta tapi nyatanya bulsit doang ama sekalian ucapan terimakasihnya ama acara lomba yang katanya lomba tapi ternyata audisi penulis buku antologi. Semoga aja yang baca nih tulisan gue bisa berpikir dua kali untuk mengikuti lomba yang ada di internet. Saran gue sih waspadalah .. waspadalah.

Sekarang gue mau mutusin buat berhenti ikutan lomba, meskipun kata - kata hadiah ama juara masih berkerumun diotak gue. Kenapa gue mutusin berhenti ngikut lomba? bukannya karena gue sering kalah terus putus asa. Tapi karena gue berusaha berpikir lebih pintar aja. Sekarang lagi jamannya lomba menulis cerpen, puisi, nonfiksi, fiksi dll yang sejatinya mau dibukukan atau istilah kerennya mereka mau buat buku antologi. Sadar nggak sih kalian kalau mereka itu penipu, lomba itukan hadiahnya materi ama penghargaan. Kalau hadiahnya tulisan kita akan diterbitkan menjadi sebuah buku antologi, itu mah bukan hadiah yang ada mereka nggak punya modal buat nerbitin buku. Makannya kita diajak nulis dengan iming2 hadiah buku akan diterbitkan terus dapat royalti.Lhah, royaltikan emang haknya penulis. Nggak usah ikut begituan, kita juga bisa menerbitkan buku men, lagian belum tentu tulisan yang kepilih itu berkualitas. Mendingan kita nulis sendiri aja lalu melamarkan tulisan kita kepenerbit. Royalti juga bisa kita rasakan sendiri, nggak seperti antologi yang royaltinya harus dibagi2 ke banyak orang. Terus dipenerbitkan juga ada penyeleksian ketat untuk tulisan kita ( kalau nggak diseleksi ketatkan mereka juga rugi) jadi lebih berkualitas dari pada lomba yang kagak jelas tadi

Memang sih nunggu buku kita bisa diterbitkan, rasanya nggak enak banget. Tapikan ada baiknya jatah menuggu kabar dari penerbit kita gunakan untuk menulis lagi. Lagian nggak ada salahnya kita sering nulis meskipun tulisan kita nggak terbit - terbit, karena semakin kita berlatih menulis maka semakin memahirkan kita untuk menulis lebih bagus dari yang sebelumnya. Seperti pisau tuh yang sering diasah akan menjadikan dia lebih tajam daripada yang nggak pernah diasah. Betul nggak? Percaya aja deh kalau asahan nulis yang semakin hari semakin tajam akan membuat ketajaman tulisanmu tembus kebanyak penerbit. Dan membuat mereka mencari - cari kamu untuk nulis buat mereka. Semua pasti ada hikmahnya kok, dan kegagalan itu pasti ada hikmahnya bila kita mampu menelaahnya.

salam corat - coret  ^ ^

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Free Dance Dance Revolution 1 fast Cursors at www.totallyfreecursors.com