Kak, maaf udah lama aku enggak menyapa kamu melalui
tulisan seperti ini. Jangan beranggapan yang aneh-aneh tentang diriku lagi! Karena
bagiku kamu masih sama seperti dulu. Saat ada disampingku dan saat jauh dariku
kamu tetap menjadi alasanku untuk bangkit. Mungkin karena sifatku yang selalu
ingin menang masih sama seperti dulu. Aku tidak mau dikalahkan oleh kekasihmu.
Supaya kamu menyesal karena telah melewatkanku dari bagian hatimu.
Kemarin aku memimpikanmu, kak. Aku bermimpi kamu
mengajakku jalan-jalan dengan motormu seperti dulu. Kamu masih sama seperti
dulu, tanganmu yang terasa gerah saat ku pegang membuatmu lebih nyaman memegang
tanganku yang selalu basah ini. Ingin sekali aku mendapatkan kabar tentangmu,
kau masih memimpikanku dan kau masih mengharapkanku. Ingin sekali aku dengar curahan
itu.
Ah lagi-lagi aku menyesali perpisahan kita. Lagi-lagi aku
merindukanmu. Kadang aku muak dengan lagi-lagi ini, aku terlalu payah menghadapi
kerinduan. Aku terlalu lemah tentang hatimu.
Aku tidak bisa meninggalkan bekas tulisanku sendiri. Yang
tergurat terlalu dalam hingga meninggalkan bekas perih karena memikirkanmu.
Kenangan ini ingin sekali ku buang. Aku ingin hidup tenang tanpa memikirkanmu.
Namun abdi cintamu masih terasa sampai sekarang. Cinta remaja yang terlalu dini
tapi sangat dewasa dalam memahami. Kau usahakan untukku, seolah nyawa aku minta
akan kau berikan.
Mungkin kita telah lupa caranya mengusahakan, hingga
perpisahan itu seolah menjadi tamparan paling keras buat kita bahwa mencari
ganti bukan jalan terbaik untuk mengubur masa lalu.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar