Senin, 19 Mei 2014

Lampion



            Aku melihat dan mendengarnya secara langsung. Seorang wanita menangis diantara puluhan lampion yang berjajar begitu indahnya. Diiringi suara musik yang membuat para pasangan muda ingin berlama-lama diarea itu. Hanya sekedar duduk bersama dan sesekali berfoto untuk mengabadikan momen yang belum tentu bisa terulang kembali.
            Kenapa wanita ini menangis? Harusnya dia bahagia. Malam ini adalah malam yang dia nantikan. Dua tahun lalu dia memimpikan berada disini bersama lelaki yang amat dicintainya dan sekarang terwujud meski dengan air mata. Disebuah pohon penuh gemerlap lampu hias, dengan lampion berbentuk hati seolah menyindir wanita ini. Wanita yang jarang sekali dibahagiakan suaminya.

            “ Jangan seperti anak kecil. Berhenti nangis nggak” ucap suaminya
            Kata itu malah membuat si wanita meledakkan tangisnya meski saat melihatku dia berpura-pura sedang tidak terjadi apa-apa.
            Batin siapa yang tidak tercabik dan hati mana yang bisa tegar. Saat wanita miskin ini rela berhutang pada suaminya yang tidak pernah menafkahinya untuk membiayai transport keluar kota dan sewa hotel demi mengunjungi tempat ini.  Keinginan dia hanya sederhana dan bisa dikatakan sangat sederhana. Dia hanya ingin berfoto bersama dengan suaminya dilampion hati yang tengah dia duduki.
            “ Aku enggak suka foto. Aku malu. Jangan aneh-aneh deh”
            “ Kali ini saja. Setelah itu aku tidak akan menuntut apa-apa padamu”
            “ Kalau aku bilang tidak ya tidak”
            Ucapan itu membuat si wanita bangkit dari tempat duduknya dan melangkahkan kaki dengan cepat meninggalkan impian yang dianggapnya indah namun menjadi mimpi buruk saat itu menjadi nyata. Ingin sekali aku mengambil batu dan kulemparkan ke kepala lelaki itu.
***

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Free Dance Dance Revolution 1 fast Cursors at www.totallyfreecursors.com