Aku melihat dan mendengarnya secara langsung. Seorang
wanita menangis diantara puluhan lampion yang berjajar begitu indahnya.
Diiringi suara musik yang membuat para pasangan muda ingin berlama-lama diarea
itu. Hanya sekedar duduk bersama dan sesekali berfoto untuk mengabadikan momen
yang belum tentu bisa terulang kembali.
Kenapa wanita ini menangis? Harusnya dia bahagia. Malam
ini adalah malam yang dia nantikan. Dua tahun lalu dia memimpikan berada disini
bersama lelaki yang amat dicintainya dan sekarang terwujud meski dengan air
mata. Disebuah pohon penuh gemerlap lampu hias, dengan lampion berbentuk hati
seolah menyindir wanita ini. Wanita yang jarang sekali dibahagiakan suaminya.
“ Jangan seperti anak kecil. Berhenti nangis nggak” ucap
suaminya
Kata itu malah membuat si wanita meledakkan tangisnya
meski saat melihatku dia berpura-pura sedang tidak terjadi apa-apa.
Batin siapa yang tidak tercabik dan hati mana yang bisa
tegar. Saat wanita miskin ini rela berhutang pada suaminya yang tidak pernah menafkahinya
untuk membiayai transport keluar kota dan sewa hotel demi mengunjungi tempat
ini. Keinginan dia hanya sederhana dan
bisa dikatakan sangat sederhana. Dia hanya ingin berfoto bersama dengan
suaminya dilampion hati yang tengah dia duduki.
“ Aku enggak suka foto. Aku malu. Jangan aneh-aneh deh”
“ Kali ini saja. Setelah itu aku tidak akan menuntut
apa-apa padamu”
“ Kalau aku bilang tidak ya tidak”
Ucapan itu membuat si wanita bangkit dari tempat duduknya
dan melangkahkan kaki dengan cepat meninggalkan impian yang dianggapnya indah
namun menjadi mimpi buruk saat itu menjadi nyata. Ingin sekali aku mengambil
batu dan kulemparkan ke kepala lelaki itu.
***
Tidak ada komentar :
Posting Komentar